Stats Perform
·28 Maret 2020
Stats Perform
·28 Maret 2020
Bacary Sagna heran dengan komentar Cesc Fabregas yang sempat menyatakan, hanya dua pemain yang berada di levelnya ketika memperkuat Arsenal, yakni Robin van Persie dan Samir Nasri.
Hadir di Arsecast podcast, Fabregas berbicara panjang lebar mengenai perjalanan kariernya di klub London Utara itu dan alasannya hengkang ke Barcelona pada 2011.
Pemain Spanyol itu mempertanyakan mentalitas beberapa mantan rekan setimnya dan mengakui dia hanya merasakan kalau hanya van Persie dan Nasri yang satu frekuensi dengan dirinya, baik dari segi teknik dan mentalitas.
Sagna mengaku cukup terkejut dengan pernyataan pemain yang kini memperkuat AS Monaco itu. Secara eksklusif kepada Goal, pemain yang pernah masuk ke dalam tim terbaik Liga Primer Inggris 2008 dan 2011 itu menyampaikan rasa kecewanya dengan komentar Fabregas.
"Saya terkejut membaca ini," tutur Sagna, 37 tahun.
"Karena dari dia [komentar itu], saya pun terkejut. Dia dipandang sebagai salah satu pemimpin di tim ini, dia adalah salah satu prospek besar, sebagai seorang pemimpin dan pemain sejati, Anda tidak boleh berbicara seperti itu mengenai klub Anda," sambung Sagna.
"Jadi saya terkejut karena dia adalah orang yang baik, dia tetap orang yang baik, itu tidak mengubah apa pun. tapi saya agak terkejut," kata Sagna lagi.
"Arsenal membuatnya seperti sekarang, mengatakan bahwa para pemain tidak berada di levelnya sedikit kasar karena saya tidak yakin dari semua musim dia ada untuk klub, dia selalu menjadi pemain teladan," lanjut Sagna.
"Pada saat itu media memang berbicara mengenai dia yang tidak banyak berlari dan mengejar kembali [bola]. Jadi para pemain lain mungkin mengatakan 'Anda harus berlari lebih banyak lagi atau berbuat lebih keras lagi'," jelasnya.
"Jika Anda melihat Liverpool hari ini, semua dari mereka berlari. Ini adalah tim. Mungkin karena kami tidak memiliki spirit yang tepat saat itu, kami tidak melakukan dorongan ekstra atau berlari ekstra untuk mengejar pemain, mungkin inilah alasan kami tidak berhasil menang," tandas eks pemain Manchester City itu.
Sebelumnya, Fabregas menyatakan di Arecast podcast: "Saya jadi kapten, saya selalu merasa dipenuhi tekanan di pundak saya."
"Saya harus memimpin tim ini untuk memenangkan sesuatu. Saya memberikan segalanya. Terkadang, saya pergi ke rumah setelah kami kalah dan saya biasa menangis, saya dulu menderita, saya dulu menghabiskan malam tanpa tidur karena menderita," katanya.
"Saya berada dalam tekanan untuk memimpin, melakukan segalanya dan di titik itu saya merasa seperti kesepian. Terutama dalam dua-tiga tahun terakhir, saya merasa hanya Robin van Persie dan Samir yang berada di level saya dalam hal mentalitas dan teknik," tegas Fabregas.