Stats Perform
·6 Desember 2018
Stats Perform
·6 Desember 2018
Sudah bukan rahasia jika Thierry Henry menjalani awal yang sulit sebagai pelatih Monaco, tetapi striker asal Kolombia Radamel Falcao memberikan skuat Stade Louis II harapan untuk bisa menghindari zona merah.
Pada usia 32 tahun, sang striker mendapat tanggung jawab besar untuk Monegasques musim ini. Bebannya hanya bertambah dengan buruknya performa klub dan badai cedera yang menimpa skuat.
Setelah dibawa ke garis depan dari upaya penebusan Monaco, setelah sempat jatuh ke posisi 19 di Le Championnat, Falcao dipaksa mengambil bagian kritiknya musim ini, terutama setelah gagal penalti melawan Atletico Madrid di Liga Champions.
Meski, bagi Henry, pemain Amerika Selatan tersebut tetap menjadi sosok sakral, bintang dalam tim ketika pemain lain tidak bersinar.
Kemenangan berharga atas Caen dan Amiens diraih berkat kontribusi krusial El Tigre. Tidak ada performa spektakuler dalam dua laga tersebut, namun kualitas individu dan kepala dingin striker mereka membuat tim sukses menyapu enam angka atas rival papan bawah.
Kemenangan perdana era Henry tiba di Normandy, di mana tendangan bebas sempurna Falcao menjadi satu-satunya pembeda antara kedua tim.
Tidak mengejutkan ketika sang pelatih begitu ngotot membela sang striker usai dia gagal mengeksekusi penalti menjadi gol ke gawang Atletico.
"Dia memberi kami kemenangan di Caen, saya ingat itu. Anda ingat?" ujar Henry dengan sedikit geram ketika ditanya mengenai performa sang striker.
"Dia sosok yang mengambil bola, yang mengambil tanggung jawab dan mencetak gol. Dia baik-baik saja."
Seolah membenarkan pernyataan sang pelatih, Falcao kembali menjadi penentu melawan Amiens. Ketika timnya kembali kesulitan menciptakan peluang, sang kapten kembali keluar sebagai pahlawan, mencetak dua gol penalti untuk mengeluarkan timnya keluar dari zona merah untuk pertama kali sejak 21 September.
Menimbang kegagalan penaltinya satu pekan sebelumnya di Spanyol, ketika dia mengakui memiliki kesempatan untuk mengubah pertandingan di kakinya, itu menunjukkan mental yang sangat kuat.
Memang, jalur musim Monaco mungkin berada di pundaknya saat bermain di Stade de la Licorne, di mana kekalahan akan semakin membuat mereka terpuruk dalam krisis.
Namun ia sudah lama terbiasa mengambil tanggung jawab pada hal-hal tersebut di Monaco, di mana dia bersinar sejak direkrut dari Atletico Madrid pada 2013, terlepas dua musim mengecewakan ketika dipinjamkan ke Liga Primer Inggris bersama Manchester United dan Chelsea.
Dia mencetak 55 gol dalam 88 pertandingan Ligue 1 dan bermain krusial saat Monaco menjadi juara 2016/17 dan menembus semi-final Liga Champions di musim yang sama.
Hal itu, tentu saja, sudah di luar jangkauan mereka, tetapi kualitas Falcao masih dihargai di Eropa, dengan Real Madrid masih dirumorkan tertarik untuk mendatangkannya pada Januari.
Dari sudut pandang Falcao sendiri, ia masih berniat untuk bertahan dan menjadi pemimpin dalam revolusi Henry.
"Kembali dan tanya saya tentang Real Madrid ketika kontrak saya berakhir, kemudian kita lihat apa yang akan terjadi," ujarnya bulan lalu ketika ditanya mengenai potensi kembali ke ibukota Spanyol, di mana ia menikmati kesuksesan bersama Atletico.
Oleh karena itu, Henry bisa memanfaatkan 18 bulan sisa kontrak Falcao, yang berakhir pada 2020 mendatang - dan melihat kontribusi krusial yang diberikan oleh sang striker dalam beberapa laga terakhir, hal tersebut tentu akan membuat Henry tersenyum lebar.