Bolasport.com
·4 Juni 2022
Bolasport.com
·4 Juni 2022
BOLASPORT.COM - Alexandre Pato mengalami kehidupan yang penuh liku. Eks wonderkid AC Milan itu kehilangan tajinya karena gagal hidup mandiri sebagai seorang pesepak bola.
Nama Alexandre Pato pernah menjadi idola para pendukung AC Milan pada medio 2007 hingga 2011.
Saat itu, Pato menjadi wonderkid yang diperhitungkan dalam dunia sepak bola.
Sukses menjadi bintang AC Milan saat usianya masih 18 tahun, Pato digadang-gadang mampu menjadi pemain terbaik di dunia.
Namun, seluruh ekspektasi tersebut ternyata tidak pernah menjadi nyata dalam karier Pato.
Bahkan, nama Pato justru hilang bak ditelan bumi hingga saat ini. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada pemain yang memiliki nama lengkap Alexandre Rodrigues da Silva itu?
Sepak Bola Bukan Cinta Pertama
Bagi Pato, sepak bola sebenarnya bukan cinta pertama dalam kariernya sebagai seorang pemain.
Hingga usia 10 tahun, Pato justru lebih suka beraksi sebagai pemain futsal dibandingkan sepak bola.
Hingga tiba saatnya seorang pemandu bakat klub Brasil, Internacional, mengajak Pato untuk melakukan trial.
Pemandu bakat Internacional tersebut tertarik dengan kemampuan yang diperlihatkan Pato saat bermain futsal.
Meski saat itu Pato baru berusia 11 tahun, bakat hebat dia benar-benar mencuri perhatian Internacional.
Pada usia 17 tahun, Pato bahkan sudah promosi ke tim senior Internacional dan ikut tampil dalam ajang Piala Dunia Klub.
Pato ikut mencetak satu gol pada babak semifinal ke gawang Al Ahly untuk memastikan langkah Internacional ke partai final.
Di partai puncak, Internacional bertemu dengan Barcelona yang saat itu menjadi raja Eropa.
Tanpa diduga, Barcelona takluk di hadapan Internacional dengan skor tipis 0-1 dan gagal menjadi juara.
Nama Pato pun mulai dielu-elukan oleh para pendukung Internacional dan disebut sebagai bintang masa depan.
AC Milan, Puncak Karier sekaligus Awal Kehancuran
Performa apik Pato bersama Internacional membuat banyak klub Eropa melirikkan mata kepadanya.
Pato pun menjatuhkan pilihan kepada AC Milan dan bergabung pada musim 2007-2008.
AC Milan, yang berstatus sebagai juara Liga Champions musim 2006-2007, dinilai menjadi tujuan yang pas bagi Pato.
Terbukti, pemain yang mendapat julukan Si Bebek itu mampu tampil apik di musim perdananya bersama AC Milan.
Meski hanya bermain sebanyak 18 kali di Liga Italia 2007-2008, Pato sukses mencatatkan sembilan gol dan dua assist untuk AC Milan.
Catatan tersebut semakin menjanjikan pada musim 2008-2009.
Dari 36 pertandingan itu, Pato menorehkan 15 gol dan enam assist untuk I Rossoneri.
Akan tetapi, semuanya berubah semakin buruk ketika memasuki musim 2011-2012.
Saat itu, Pato sering mengalami cedera otot dan membuatnya harus absen dalam 36 pertandingan untuk AC Milan di berbagai kompetisi.
Baca Juga: Tak Mau Jadi Anak Asuh Jose Mourinho, Gelandang Pinggiran Real Madrid Ingin Tinggal di Spanyol
Pato mengaku kalau penyebab cederanya adalah karena dirinya tidak mampu mengelola kebugaran diri sendiri.
Pria yang kini berusia 32 tahun itu tidak memiliki dokter pribadi dan nutrisionis yang menjaga kebugaran fisiknya.
Tak hanya itu, mental Pato yang terlalu lemah dan tidak terbiasa hidup jauh dari orang tua saat masih muda membuat kondisinya semakin memburuk.
"Saya merasa sangat kesepian. Di Internacional, saya selalu dilindungi secara berlebihan. Semua orang melakukan segalanya untuk saya," ucap Pato seperti dikutip BolaSport.com dari The Players' Tribune.
"Saya tidak tahu tentang cedera atau kebugaran atau diet karena saya tidak harus melakukannya, yang harus saya lakukan hanya bermain."
"Jadi, ketika saya berjuang di Milan, saya tidak tahu harus berbuat apa."
"Hari ini setiap pemain memiliki tim di sekelilingnya, bukan? Dokter, fisio, pelatih kebugaran. Saat itu, hanya Ronaldo yang memilikinya."
"Saya tidak memiliki kerabat di dekat saya. Keluarga saya masih di Brasil. Saya punya agen, tetapi dia tidak mengurus semuanya seperti yang dilakukan agen sekarang."
"Tentu, Milan memiliki dokter dan staf, tetapi mereka harus menjaga 25, 30 pemain. Mereka tidak bisa bersama saya sepanjang waktu," ujar Pato melanjutkan.
Cedera yang terus berkepanjangan membuat Pato harus meninggalkan AC Milan pada Januari 2013.
Saat itu, Pato memutuskan bergabung dengan klub Brasil, Corinthians, dan sempat menjalani peminjaman ke klub Brasil lainnya, Sao Paulo.
China Menjadi Titik Balik Kehidupan Pato
Usai hengkang dari AC Milan, kehidupan Pato semakin amburadul dan tidak jelas.
Karier sepak bolanya semakin menurun, tetapi gaya hidupnya semakin memburuk dengan mengonsumsi narkoba dan bermain perempuan.
Chelsea dan Villarreal menjadi dua klub Eropa yang disinggahi penyerang berambut keriting itu sepanjang kariernya.
Pato kemudian berlabuh ke Liga China untuk bermain di TJ Quanjian (yang kemudian berganti nama menjadi TJ Tianhai) selama dua tahun pada medio 2017 hingga 2019.
Selama berkarier di China itulah Pato kembali menemukan arti kehidupan yang sesungguhnya sebagai pemain sepak bola.
Bahkan, Pato mengaku dirinya baru meninggalkan narkoba dan prostitusi setelah hengkang dari Liga China.
Mantan kekasih Barbara Berlusconi itu pun kembali taat beribadah ke gereja usai bertemu dengan temannya, Rebecca, sesaat setelah pergi dari TJ Tianhai.
"Jadi, saya kembali ke Brasil dan mengirim pesan ke teman lama, Rebeca. 'Kamu ingin hang out?' Kami membeli kopi dan dalam beberapa detik saya seperti, 'Ya, ini yang saya inginkan'," ujar Pato.
"Lain kali saya bertemu dengannya, dia berkata, 'Kita akan pergi ke gereja'. Kalimat itu adalah wahyu. Alkitab memiliki semua jawaban yang saya cari."
"Saya menoleh ke langit dan berkata, 'Tuhan, saya tidak lagi menginginkan hidup ini'. Hari itu hidup saya berubah selamanya," tutur Pato menambahkan.
Pato pun kemudian menikahi teman lamanya yang memiliki nama lengkap Rebecca Abravanel itu.
Kini, Pato kembali bermain untuk klub Major League Soccer (MLS), Orlando City, sejak Februari 2021.
Selama membela Orlando City, Pato telah bermain sebanyak 19 kali dan mencetak tiga gol serta tiga assist.
Pato percaya kalau dirinya masih bisa bermain di ajang Piala Dunia, meskipun sudah tak berusia muda lagi.
"Saya masih percaya saya bisa bermain di Piala Dunia. Lihat saja pemain seperti Thiago Silva dan Dani Alves, mereka masih bermain bagus pada usia 37 dan 39," kata Pato.
"Namun, semuanya tergantung pada Tuhan. Saya hanya hidup untuk hari ini. Sisanya saya serahkan kepada Tuhan," ucap Pato lagi.