Stats Perform
·6 Juni 2018
Stats Perform
·6 Juni 2018
Kendati berasal dari Ukraina, Shakhtar Donetsk lama dikenal sebagai produsen wahid bakat-bakat terbaik Brasil untuk deretan klub besar Eropa.
Mulai dari Francelino Matuzalem, beranjak ke Willian, Luiz Adriano, Fernando, Fernandinho, sampai Douglas Costa. Mereka diekspor lewat banderol tinggi ke tim-tim elite Benua Biru. Jangan lupakan pula penjualan Alex Teixeira lewat rekor harga €50 juta ke Tiongkok.
Kini Shakhtar kembali memasok sekaligus menorehkan rekor penjualan terbaru, melalui Fred yang diboyong Manchester United dengan mahar £52,5 juta.
Namun seperti para kompatriotnya saat pertama kali melangkahkan kaki keluar dari Shakhtar, mayoritas khalayak sepakbola masih belum tahu siapa sebenarnya Fred.
Lahir seperempat abad silam, Fred mengenyam pendidikan di tiga akademi klub besar Brasil sejak usianya sepuluh tahun. Mulai dari Atletico Mineiro, Porto Alegre, sampai mekar bersama Internacional di mana dia memulai sebagai seorang gelandang serang dan mendapatkan kontrak profesional perdananya.
Tiga musim membela Internacional, Fred sukses menarik minat pemandu bakat khusus Shakhtar di Brasil. Pengguna kaki kiri itu kemudian diboyong ke Ukraina lewat harga €15 juta, pada musim panas 2013. Impresi luar biasa langsung diberikannya pada laga perdana, dengan cetak brace dalam kemenangan 3-1 atas Chornomorets Odessa.
Namun pelatih Shakhtar kala itu, Mircea Lucescu, justru tak diyakinkan dengan performa Fred yang satu posisi dengan kompatriot Brasil-nya, Bernard dan Taison. "Saya lantas mentransformasi posisinya di lini tengah jadi lebih defensif. Atributnya sesuai dan hasilnya pun luar biasa," tutur juru taktik asal Rumania itu, seperti dilansir Metro.
Kebintangan Fred semakin terang bersama Shakhtar sampai timnas Brasil memberikan caps pertama untuknya pada 2014. Menyusul cederanya Luiz Gustavo, namanya kemudian dimasukkan pelatih Seleccao kala itu, Carlos Dunga, dalam skuat final timnya ke Copa America 2015.
Ironis, pada turnamen besar perdananya itulah karier Fred yang mulai terang kembali meredup. Dia gagal dalam tes doping yang dilakukan di tengah turnamen, lantaran didapati zat hydrochlorothiazide yang dilarang dalam daftar doping.
FIFA lantas menjatuhkan hukuman larangan bermain untuk Fred selama enam bulan lamanya. Dia pun kehilangan paruh kedua musim 2015/16 dan paruh pertama musim 2016/17. Namun kebangkitan luar biasa langsung diberikannya pada kampanye 2017/18 lalu.
Diberi tanggung jawab lebih besar sebagai wakil kapten, Fred menjelma jadi bintang utama Shakhtar alih-alih Bernard yang sebelumnya selalu mendapat lampu sorot utama.
Mengoleksi menit bermain, gol, dan assist terbanyak dalam semusim sepanjang kariernya, Fred persembahkan dua gelar domestik untuk Shakhtar plus petualangan apik di Liga Champions dengan menggapai babak 16 besar.
Pada pertengahan musim, Fred bahkan dikonfirmasi mendapat tawaran resmi dari raksasa Liga Primer Inggris, Manchester City. “City menawarkan proposal pembelian senilai €50 juta dan kami menolaknya. Kami ingin mempertahankan skuat terbaik untuk mengejar gelar domestik dan melaju jauh di Liga Champions. Keputusan saya terbukti tepat,” ujar presiden Shakhtar, Rinat Akhmetov, seperti dikutip futbol1.
Namun takdir buat Fred membela klub besar Eropa di usia matang, tak mungkin lagi dibendung. Alih-alih City, tetangga mereka, United, menelikung untuk memboyongnya sesaat setelah sang bintang masuk dalam skuat final timnas Brasil di Piala Dunia 2018.
The Red Devils rela merogoh kocek sampai £52,5 juta guna merealisasikan transfer ini. Fred disebut sebagai permintaan utama manajer mereka, Jose Mourinho, yang sudah lama mengagumi bakatnya.
Berbicara gaya bermain, Fred merupakan tipe gelandang bertahan modern yang bisa berperan ganda. Beroperasi di depan bek, dia bagus dalam memutus serangan lawan dan brilian dalam membangun serangan timnya.
Karakternya bagai integrasi antara N’Golo Kante dan Naby Keita, yang memiliki posisi serupa. Fred bagai lem yang merekatkan dan meregangkan gelombang permainan tim layaknya Kante, tapi lebih berjiwa ofensif dan skilful seperti Keita.
Jika disesuaikan dengan skema United, Fred akan sempurna dipasangkan degan Nemanja Matic sebagai doubel pivot lewat formasi 4-2-3-1. Dia juga bakal brilian sebagai sturadara dalam skema tiga gelandang, dengan Matic dan Paul Pogba sebagai pengapitnya.
Jangan lupakan pula bahwa Fred memiliki kelebihan lain sebagai algojo bola mati. Di Shakhtar dia jadi pilihan kedua setelah eksekutor legendaris bola mati Kroasia, Darijo Srna. Musim ini highlight terbaiknya adalah saat menjebol jala AS Roma di Liga Champions lewat tendangan bebas spektakuler.
Satu alasan lain yang bisa jadi jaminan United layak menaruh harapan besar pada Fred adalah pernyataan dari presiden Shakhtar, Akhmetov, bahwa sang gelandang mungkin merupakan bakat terbaik yang pernah dimiliki timnya.
“Saya merasa Fred memiliki harga lebih dari €50 juta atau yang termahal jika kami memutuskan menjualnya. Fernandinho, Willian, atau Teixeira tidak sebagus dan punya pengaruh begitu besar seperti dia, ketika meninggalkan Shakhtar,” ungkap Akhmetov pada Mei lalu, seperti dikutip futbol1.
Kini tinggal waktu yang menjawab, apakah Fred bisa langsung memberi bukti pada musim perdananya di Old Trafford. Ajang Piala Dunia 2018 esok bisa jadi momentum bagus buatnya perkenalkan diri pada seluruh fanatik Setan Merah.